HOBI AKUUU



Ada yang bilang, traveling itu hambur-hambur uang. Ada yang bilang, traveling itu cuma untuk pamer-pameran di media sosial. Ada yang bilang, traveling itu cuman habisin waktu saja. Memang niat tiap orang itu berbeda, bagaimana pribadi masing-masing menyikapinya seperti apa
Traveling itu bagi saya bukan hanya kesenangan semata saat perjalanan, tetapi perjalanan itulah yang memberikan pengalaman hidup paling berharga dalam hidup saya. Dari perjalanan itulah saya mendapatkan pengalaman.
Disaat perjalanan dan melakukan traveling, kadang kita tidak berfikir berapakah jumlah uang kita, yang terpenting adalah apa yang kita dapat. Dari sini saya menjadi sadar bahwa uang hanyalah alat, alat untuk membeli kebahagiaan, dan belum tentu ada uang pun bisa mendapatkan kebahagiaan.
Memang masing-masing pribadi mempunyai kebahagiaannya masing-masing, namun untuk saya kebahagiaan paling sempurna adalah ketika kita bersyukur, bersyukur atas semua nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita, termasuk pantai-pantai, gunung-gunung cantik disekitar kita.
Disini saya sudah menyusuri pantai yang terletak di Gunung Kidul Yogyakarta dan tempat-tempat wisata lainnya.






Artikel Lainnya:

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Traji



PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS TRAJI KABUPATEN TEMANGGUNG
1.      Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada kelompok berkebutuhan khusus (Pra Sekolah)
Kegiatan ini dilakukan di TKIT Mutiara Hati Mandisari yang berada di wilayah kerja puskesmas temanggung. Kegiatan yang dilakukan penjaringan kesehatan gigi, promotif dan kuratif.

·         Penyampaian materi tentang kesehatan gigi dan mulut




·         Kegiatan demonstrasi cara menggosok gigi yang baik dan benar



·         Kegiatan menggosok gigi masal pada siswa di TK IT Mutiara Hati Mandisari


2.      Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada kelompok berkebutuhan khusus (Ibu Hamil)
Kegiatan ini dilakukan di kelas ibu hamil desa karangsenen kecamatan parakan. Dan mahasiswa memberi penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut bagi ibu hamil.

·         Penyuluhan pada ibu hamil


·         Demonstrasi menyikat gigi yang baik dan benar.



3.      Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada kelompok berkebutuhan khusus (Lansia)
Kegiatan ini dilakukan di posyandu lansia desa traji. Dan mahasiswa memberi penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut bagi lansia.




4.      Penatalaksanaan kuratif terbatas
·         Kegiatan ini melakukan anestesi dengan infiltrasi dengan lidocain pada kasus pencabutan gigi di puskesmas traji kabupaten temanggung.

·         Adapun penatalaksanaan kuratif terbatas yaitu pencabutan gigi susu.



5.      Kegiatan SMD
Dilaksanakan tanggal 09 Oktober 2019
Peserta: ibu –ibu kader dan warga Desa Traji
                                                                                        


6.      Pelatihan Kader
Dilaksanakan tanggal 23 Oktober 2019
Peserta : ibu kader desa Mandisari






Artikel Lainnya:

Tentang Saya



Nama lengkap : Anisa Puji Antari
Nama panggilan : Nisollllllll atau Pe
TTL : Boyolali, 17 Januari 1999
Zodiac: Capricorn
Golongan darah: AB
Hobi : Travelling
Instagram : shanisha1699
Facebook : Annisa Puji Antari
Riwayat pendidikan :
2004-2010 : MI AL MA’ARIF KENDEL
2010-2013 : MTS NEGERI 1 BOYOLALI
2013-2016 : MAN 1 BOYOLALI
2016-2020 : D IV KEPERAWATAN GIGI

Pengalaman yang pernah dilakukan pada saat menempuh study di DIV Keperawatan Gigi. Pernah melakukan pelayanan asuhan di puskesmas ttraji kabupaten temanggung.




Artikel Lainnya:

Peningkatan Akses terhadap Layanan Kesehatan dan gizi yang berkualitas bagi ibu dan anak.

Peningkatan Akses terhadap Layanan Kesehatan dan gizi yang berkualitas bagi ibu dan anak.
Gambar terkait
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan juga harus dipandang sebagai sesuatu investasi dalam kaitannya untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Kemajuan ini dapat dilihat melalui angka kematian bayi yang menurun dari 46 (1997) menjadi 35 (2003). Umur harapan hidup telah meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi lebih dari 66,2 tahun (2003). Prevalensi gizi kurang pada anak balita, telah menurun dari 37,5% (1989) menjadi 25,8% (2002). Sejalan dengan meningkatnya kualitas dan cakupan layanan kesehatan bagi masyarakat, jumlah penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan terus ditingkatkan. Jumlah puskesmas pada tahun 2005 sebanyak 7.669 meningkat menjadi 8.114 puskesmas pada tahun 2007. Peningkatan jumlah puskesmas didukung pula dengan peningkatan jumlah puskesmas pembantu (pustu), puskesmas keliling (pusling), serta pusling air. Jumlah rumah sakit meningkat dari 1.268 buah RS pada tahun 2005 menjadi 1.319 buah RS pada tahun 2007. Dalam memberikan layanan kesehatan sampai ke tingkat bawah (grass root) dukungan peran aktif masyarakat dalam bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) terus dibangun. Sampai saat ini telah dibentuk 33.910 pos kesehatan desa (poskesdes), 269.202 buah posyandu, 600 buah Pos kesehatan pesantren (poskestren), serta 229 buah musala sehat. Untuk meningkatkan pengelolaan rumah sakit yang lebih efektif dan efisien telah ditetapkan 28 rumah sakit badan layanan umum (RS-BLU). Dalam meningkatkan kepuasan pasien/pelanggan dalam layanan kesehatan di rumah sakit serta untuk dapat memperoleh kepercayaan secara global, saat ini sedang dipersiapkan tiga rumah sakit kelas dunia (world class hospital), yaitu Rumah Sakit Cipto 28 - 10 Mangunkusumo (Jakarta), Rumah Sakit Sanglah (Denpasar, Bali), dan Rumah Sakit M. Jamil (Padang, Sumatera Barat). Untuk mewujudkan rumah sakit kelas dunia yang memenuhi persyaratan berstandar internasional, diperlukan upaya kongkret untuk meningkatkan kompetensi dan kapabilitas layanan dalam bidang manajemen operasional dan layanan medik. Rujukan konsep standar kriteria rumah sakit kelas dunia adalah rumusan yang ditetapkan oleh Joint Commission International (JCI) yang merupakan lembaga akreditasi internasional di Amerika Serikat. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat . perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu faktor penting untuk mendukug peningkatan status kesehatan. Beberpa perilaku masyarakat yang kurang sehat antara lain melalui kebiasaan merokok dan rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan gizi lebih pada balita. Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan telah berhasil meningkatkan status kesehatan masyarakat. Dalam tiga tahun terakhir ini keberhasilan tersebut dapat dilihat dari penurunan angka kematian bayi (AKB) sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002—2003 (SDKI) menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (olahan sementara SDKI 2007). Sementara itu, angka kematian ibu (AKI) masih sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002—2003), sedangkan angka sementara SDKI tahun 2007 sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebagai indikator proxy AKI meningkat sedikit dari 70,5% pada tahun 2005 28 - 9 menjadi 72,5% pada tahun 2007. Sejalan dengan penurunan angka kematian bayi, umur harapan hidup waktu lahir (UHH) terus meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007. Status gizi pada anak balita terus menurun. Walaupun demikian berdasarkan data Survei Garam Yodium (SGY) yang pelaksanaannya terintegrasi dengan susenas tahun 2005, status gizi itu masih berkisar 28%. Kasus gizi buruk yang dilaporkan dan ditangani dari tahun ke tahun terus menurun. Pada tahun 2005 jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan dan ditangani sejumlah 76.178 kasus dan dapat diturunkan menjadi 50.106 kasus pada tahun 2006. Pada tahun 2007 kasus gizi buruk terus menurun, ditemukan sebanyak 39.080 kasus gizi buruk dan sudah ditangani. Sampai bulan Mei 2008 telah dilaporkan 19.617 kasus gizi buruk pada balita yang ditemukan dan ditangani.

Reference :
Hamdani S, 2017, Peningkatan Akses Terhadap Layanan Kesehatan dan Gizi yang Berkualitas, Semarang.
Nantabah ZK, Auliyati Z, Laksono AD, 2018, Gambaran Akses Pelayanan Kesehatan pada Balita di Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Artikel Lainnya:

Faktor Resiko Terjadinya Karies

Sumber Foto
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Gigi merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan. Hasil rikesdas (riset kesehatan dasar) 2007 menunjukkan prevalensi karies aktif di indonesia masih tinggi. Prevalensi karies aktif di indonesia adalah 43,4 % dengan indeks DMF-T secara nasional adalah sebesar 4,85 ini berarti rata-rata kerusakan gigi pada penduduk indonesia 5 buah gigi perorang. Komponen yang terbesar adalah gigi dicabut sebesar 3,86. Angka ii menunjukkan bahwa rata-rata penduduk indonesia mempunyai 4 gigi yang sydah dicabut atau indikasi pencabutan.Beberapa cara untuk mengelompokkan karies gigi. Walaupun apa yang terlihat dapat berbeda, faktor-faktor risiko dan perkembangan karies hampir serupa. Mula-mula, lokasi terjadinya karies dapat tampak seperti daerah berkapur namun berkembang menjadi lubang coklat. Walaupun karies mungkin dapat saja dilihat dengan mata telanjang, kadang-kadang diperlukan bantuan radiografi untuk mengamati daerah-daerah pada gigi dan menetapkan seberapa jauh penyakit itu merusak gigi.Lubang gigi disebabkan oleh beberapa tipe dari bakteri penghasil asam yang dapat merusak karena reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa,fruktosa, dan glukosa. Hal ini menyebabkan lebih banyak mineral gigi yang luluh dan membuat lubang pada gigi. (Rositawati. 2007.Kesehatan balita.Jakarta Sudarmoko, Arief dwi, 2011.Mengenal, Mencegah, Mengobati Gangguan Kesehatan pada Balita)
B.Rumusan masalah
1.Definisikan apa yang dimaksud karies?
2.Sebutkan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi karies gigi?
3.Bagaimana pencegahan karies?
C.Tujuan Untuk menjaga kesehatan mulut dan giginya agar terhindar dari segala gangguan atau penyakit pada pada gigi dan mulut.
BAB II
PEMBAHASAN
Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut yang dapat menyerang gigi sulung maupun gigi permanen. Daerah yang sering diserang adalah pit dan fssure berupa cekungan yang dalam sehingga alat pembersih mekanis sulit menjangkaunya. Bentuk anatomi gigi molar satu permanen dengan pit dan fissure merupakan tempat rentan terhadap terjadinya karies, oleh karena itu perlu dilakukan upaya pencegahan sebelum terjadi karies. Pencegahan karies gigi pada gigi molar dian- taranya dapat dilakukan dengan cara fssure sealant serta pengolesan fuor.
A.Definisi karies Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh kavitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang merugikan ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kurusakan bahan organik sehingga menyebabkan nyeri pada gigi.(Kidd, dkk, 1991) Sementara menurut Schuurs (1992) karies gigi adalah suatu proses kronis yang dimulai dalam larutnya mineral email sehingga akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari subtrat (medium makanan bagi bakteri) yang mengakibatkan timbul destruksi komponen-komponen organik dan ahirnya terjadi kavitas atau pembentukn tulang. Karies gigi (kavitasi) adalah daerah yang membusuk didalam gigi yang terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi (Hamsafir,2010).
B.Faktor-faktor yang mempengaruhi karies gigi Menurut Ruslawati (2001), penyebab karies gigi meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu:
1) Faktor internal merupakan faktor yang langsung berhubungan dengan karies gigi, yaitu:
a. Host, meliputi gigi dan saliva komposisi gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan di bawah email. Struktur email gigi sangat menentukan proses terjadinya karies.Gigi selalu dibasahi saliva secara normal. Pada proses pencernaan di dalam mulut terjadi kontak antara makanan, saliva dan gigi. Fungsi saliva adalah sebagai pelicin, pelindung, buffer, pembersih, dan anti bakteri. Jumlah dan isi saliva,derajat keasaman, kekentalan, dan kemampuan buffer berpengaruh pada karies. Saliva mampu meremineralisasi karies dini karena mengandungion Ca, dan P. Saliva juga mempengaruhi pH dan komposisi mikroorganisme dalam plak (Mansjoer, 2001).
b. Agent (Bakteri/Mikroorganisme)Mansjoer (2001) mengatakan ada 3 bakteri yang sering mengakibatkan karies yaitu:
•Lactobacillus, bakteri ini populasinya dipengaruhi oleh kebiasaan makan. Bakteri ini hanya dianggap faktor pembantu karies.
•Streptococcus, bakteri kokus gram positif ini jumlahnya terbanyak dalam mulut dan merupakan penyebab utama karie gigi karena bakteri ini mampu memproduksi senyawa glukan (mutan) dalam jumlah yang besar dari sukrosa dengan pertolongan enzim, salah satu spesiesnya yaitu Streptococcus mutans.
•Actinomyces, semua spesies ini memfermentasikan glukosa, terutama membentuk asam laktat, asetat, dan asam format.
c.Environment (substrat)Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-hari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini dapat berasal dari jus, susu formula, larutan, dan makanan manis lainnya.
d.Time/waktu Bakteri dan substrat membutuhkan waktu lama untuk demineralisasi dan progesi karies. Waktu merupakan kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Adanya kemampuan saliva untuk meremineralisasi selama proses karies, menandakan bahwa proses tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Sehingga bila saliva berada dalam lingkungan gigi, maka karies tidak akan menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.
2) Faktor eksternal Selain faktor internal (faktor langsung) yang berhubungan dengan karies gigi, terdapat faktor-faktor eksternal (faktor tidak langsung) yang disebut faktor resiko luar, yang merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor-faktor tersebut yaitu: a.Usia Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah karies akan bertambah. Hal ini karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi.
b.Jenis kelamin prevalensi karies gigi tetap pada wanita lebih tinggi dibanding pria. Hal ini karena erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki, sehingga gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor resiko terjadinya karies.
c.Suku bangsa Beberapa penelitian menunjukkan ada perbedaanpendapat tentang hubungan suku bangsa dengan prevalensi karies gigi. Hal ini karena perbedaan keadaan social ekonomi, pendidikan, makanan, cara pencegahan karies dan jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berada disetiap suku tersebut.
d.Letak geografis faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan ini kemungkinan karena perbedaan lama dan intensitas cahaya matahari, suhu, cuaca, air, keadaan tanah dan jarak dari laut. Telah dibuktikan bahwa kandungan fluor sekitar 1 ppm air akan berpengaruh terhadap penurunan karies. e.Kultur sosial penduduk faktor yang dapat mempengaruhi adalah pendidikan dan penghasilan yang berhubungan dengan diet, kebiasaan merawat gigi dan lain-lain.
C.Pencegahan karies
•Cara menggosok gigi yang baik dan benar. Dengan menggosok gigi sekurang kurangnya dua kali satu hari yaitu pada pagi hari setelah makan pagi dan malam hari sebelum tiur malam.
•Pencegahan karies ini dapat dilakukan dengan berbagai cara slah satunya yaitu pengolesan fluor pada permukan gigi dan menutup pit dan fissure yang dalam pada gigi posterior.
•Usaha untuk memperoleh keadaan sehat pada gigi dan jaringan pendukung adalah menghilangkan plak. Ada beberapa cara untuk menghilangkan plak yaitu:
a)Scalling Scalling adalah tindakan membersihkan karang gigi pada semua permukaan gigi dan pengolesan terhadap semua permukaan gigi.
b)Penggunaan dental floss Dental floss ini digunakan untuk menghilangkan plak dan memoles daerah interproksimal (celah diantara dua gigi) serta membersihkan sisa makanan yang tetinggal dibawah titik kontak.
•Pemeriksaan gigi teratur Pemeriksaan gigi ini sebaiknya sejak dini yaitu dapat dimulai sejak usia 6 bulan ketika gigi pertama sudah mulai erupsi. Dan 6 bulan sekali periksa kesehatan gigi ke dokter gigi.
DAFTAR PUSTAKA
1.Pawarti dan Fathiah, 2017, Topikal fluoride aplication dan fissure sealant untuk mencegah karies pada gigi molar satu permanen, Pontianak.
2.Miftakhun N.F, dkk, 2016, Faktor eksternal penyebab terjadinya karies gigi pada anak pra sekolah di Paud Strowberry RW 03 Kelurahan Banget Ayu Wetan Kota Semarang, Semarang.
3.Sri Ramayanti dan Indra Purnakarya, 2013, Pera makanan terhadap kejadian karies, Andalas.

Artikel Lainnya:

Restorasi Gigi

Sumber Foto
Pengertian Karies Gigi Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi.Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian. Penyakit ini telah dikenal sejak masa lalu, berbagai bukti telah menunjukkan bahwa penyakit ini telah dikenal sejak zaman perunggu,zaman besi, dan zaman pertengahan.Peningkatan prevalensi karies banyak dipengaruhi perubahan dari pola makan.Kini, karies gigi telah menjadi penyakit yang tersebar di seluruh dunia. Ada beberapa cara untuk mengelompokkan karies gigi.Walaupun apa yang terlihat dapat berbeda, faktor-faktor risiko dan perkembangan karies hampir serupa. Mula-mula, lokasi terjadinya karies dapat tampak seperti daerah berkapur namun berkembang menjadi lubang coklat. Walaupun karies mungkin dapat saja dilihat dengan mata telanjang, kadang-kadang diperlukan bantuan radiografi untuk mengamati daerah-daerah pada gigi dan menetapkan seberapa jauh penyakit itu merusak gigi. Jaringan keras yang terpengaruh, karies dapat dibedakan menjadi karies yang memengaruhi enamel,dentin, atau sementum. Pada awal perkembangannya, karies mungkin hanya memengaruhi enamel. Namun ketika karies semakin luas, dapat memengaruhi dentin. Sementum adalah jaringan keras yang melapisi akar gigi, maka sementum dapat terkena apabila akar gigi terbuka.
Faktor–faktor Penyebab Karies Gigi
1.Plak Gigi Plak gigi merupakan lapisan yang lengket dan berisi bakteri beserta produknya yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Bakteri yang menempel ini dapat terjadi melalui serangkaian tahapan
2.Karbohidrat Karbohidrat yang menempel pada permukaan gigi dapat berubah menjadi masa asam yang mengakibatkan demineralisasi email.
3.Karbohidrat ini substrat untuk pembuatan asam bagi bakteridan sintesa polisakarida ekstra sel. 4.Waktu Waktu sangat berpengaruh terhadap terjadinya karies. Substrat (molekul organik yang telah siap bereaksi) yang menempel pada permukaan gigi apabila tidak dibersihkan akan difermentasi oleh bakteri menjadi masa asam dalam waktu tertentu.
5.Keturunan Menurut penelitian, dari 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi yang baik, terlihat bahwa anak–anak dari 11 pasang orang tua memiliki keadaan gigi yang cukup baik. Dari 46 pasang orang tua dengan persentase karies yang tinggi, hanya 1 pasang yang memiliki anak dengan gigi yang baik.
6. Bakteri Menurut Yuwono (2003) tiga jenis bakteri yang sering menyebabkan karies yaitu: A.Steptococcus. Bakteri kokus gram positif ini adalah penyebab utama karies dan jumlahnya terbanyak di dalam mulut, salah satu spesiesnya yaitu Streptococus mutan, lebih dari dibandingkan yang lain dapat menurunkan pH medium hingga 4,3%. Sterptococus mutan terutama terdapat populasi yang banyak mengkonsumsi sukrosa.
B.Actynomyces. Semua spesies aktinomises memfermentasikan glukosa, terutama membentuk asam laktat, asetat, suksinat, dan asamformat. Actynomyces visocus dan actynomises naesundil mampu membentuk karies akar, fisur dan merusak periodontonium.
C.Lactobacilus. Populasinya mempengaruhi kebiasaan makan, tempat yang paling disukai adalah lesi dentin yang dalam. Lactobasillushanya dianggap faktor pembantu proses. Air ludah Pengaruh air ludah terhadap gigi sudah lama diketahui terutama dalam mempengaruhi kekerasan email. Air ludah ini dikeluarkan oleh: kelenjar paritis, kelenjar sublingualis dan kelenjar submandibularis.Pada malam hari pengeluaran air ludah lebih sedikit, secara mekanis air ludah ini berfungsi membasahi rongga mulut dan makanan yang dikunyah. Sifat enzimatis air ludah ini ikut didalam pengunyahan untuk memecahkan unsur – unsur makanan.Hubungan air ludah dengan karies gigi telah diketahui bahwa pasien dengan sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali memiliki prosentase karies gigi yang semakin meninggi.
 DAFTAR PUSTAKA
1.https://www.google.co.id/search?biw=1024&bih=455&tbm=isch&sa=1&q=skema+terjadinya+karies+gigi&oq=skema+terjadinya+karies+gigi&gs_l=psy-ab.3...330339.330339.0.331594.1.1.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1.1.64.psy-ab..1.0.0.wR5SUnDB_dY#imgrc=04XrvWK1xHOf_M: 
2.http://www.e-jurnal.com/2013/12/faktor-penyebab-terjadinya-karies-gigi.html 3.http://www.kanalinfo.web.id/2016/10/pengertian-karies-gigi-dan-rampan-karies.html 4.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Karies_gigi?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C6841568040

Artikel Lainnya:

kavitas gigi

sumber foto
1.Latar belakang
Sterilisasi adalah usaha untuk memusnahkan mahluk hidup seperti bakteri jamur virus dan spora. Dianjurkan agar dentin disterilkan sebelum dilakukan penambalan.Diantara bahan-bahan kimia yang dianjurkan untuk tujuan ini adalah perak nitrat yang dicampur dengan eugenol fenol timol dan potassium ferrosianida. Menurut lund dkk (1997) menyatakan bahwa tidak terbukti bahwa bahan-bahan kimia yang satu lebih baik dari yang lain. Selanjutnya beberapa tahun belakangan ini telah diketahui bahwa bahan-bahan kimia tersebut diatas dapat mengiritasi pulpa bila dioleskan pada permukaan denti. Karena setiap bahan yang mampu menghancurkan mikroorganisme juga memiliki pengaruh merusak pulpa. Menurut Ford Pitt(1993) berbagai macam bahan kimia mempunyai sifat merugikan terhadap jaringan dentin yang ada sehingga harus hati-hati menggunakannya. Karena sifat yang merugikan tersebut maka sterilisasi kavitas dapat menggunakan aqua destilata kemudian dikeringkan. Pada ruang lingkup pekerjaan sterilisasi kavita selalu didahului dengan membersihkan kavita.Membersihkan kavitas adalah untuk menyingkirkan lapisan tipis debris atau sisa-sisa bahan tambal sebelumnya yang dapat mengganggu kampuan adaptasi terhadap dinding kavita.
2.Rumusan masalah
1.Jelaskan pengertian sterilisasi kavita
2.Sebutkaan tahapan sterilisasi kavita
3.Bagaimana tahapan pada penumpatan amalgam
4.Bagaimana tahapan pada penumpatan glass ionomer
3.Tujuan
1.Untuk menyingkirkan lapisan tipis debris atau sisa bahan tambalan sebelumnya yang dapat mengganggu kemampuan adaptasi terhadap dinding kavita.Pekerjaan ini dilakukan dengan cara membersihka kavitas
2.Untuk mencegahnya berlanjutnya proses karies.Pekerjaan ini dilaksanakan dengan sterilisasi kavitas.
PEMBAHASAN
1. Pengertian sterilisasi kavita Sterilisasi kavita adalah usaha membersihkan kavitas dari sisa-sisa mikroorganisme untuk mencegah berkelanjutan proses karies. Usaha ini dikerjakan setelah preparasi kavitas selesai dilakukan. Sterilisasi ini adalah usaha untuk memusnahkan semua jasad hidup yang ada di rongga mulut. Pada umumnya sterilisasi ini menggunakan bahan-bahan fisik atau kimia untuk meniadakan semua mikroorganisme hidup.
2.Tahapan sterilisasi kavita
 a. Isolasikan daerah yang kavitasnya sudah selesai dipreparasi dan dibersihkan dengan ekskavator sebagai tahap pembersihan awal, pada RA dengan cotton rool bagian labial/buccal dan RB dengan tongue holder.
b. Ulangi pekerjaan membersihkan dengan ekskavator untuk mengambil jaringan lunak yang tersisa dan sisa-sisa jaringan hasil preparasi kavitas.
c. Apabila sudah bersih kemudian untuk memastikan kebersihannya ulasi dengan cotton pellet basah (oleh aquades)
 d. Ulangi bebrapa kali sampai cotton pellet bekas ulasan bersih kemudian akhiri dengan ulasan cotton pellet yang kering dan ulangi beberapa kali sampai kavitas kering.
3.Tahapan pada penumpatan amalgam
•Persiapan alat dan bahan
•Indentifikasi kasus
•Melakukan komunikasi terapeutik
•Melakukan preparasi kavita menggunakan handipece dan bur
•Mengisolasikan kavita menggunakan cotton roll
•Mengdisinfeksi kavita dengan dioleskan cotton pellet yang sudah diberi aquades dan keringkan menggunakan cotton pellet kering
 •Manipulasi bahan amalgam
•Memberikan bahan amalgam dengan amalgam stopher untuk rahang bawah dan malgam pistol untuk rahang atas
•Memoles tumpatan
•Membentuk kontur gigi sesuai dengan antomi gigi dan menghaluskan gigi menggunakan burnisher •Melakukan instruksi kepada pasien untuk tidak makan selama satu jam
4.Tahapan pada penumpatan glass ionomer
•Menyiapkan alat dan bahan
•Mengidentifikasi kasus
•Melakukan komunikasi terapeutik
•Melakukan preparasi kavita
•Melakukan isolasi menggunakan tongue holder untuk rahang bawah dan cotton roll untuk rahang atas
•Melakukan desinfeksi kavita dengan cotton pellet dan aquades menggunakan pinset
•Melakukan conditioning denagan dentine condtioner ke kavita
•Melakukan manipulasi bahan menggunakan paper pad dengan agate spatel
•Melakuka penumpatan menggunakan plasting filling instrumen kedlam kavita
•Menunggu hingga tumpatan agak kering
•Melakukan polishing membentuk tumpatan sesuai dengan kontur gigi dan mengecek tinggi tumpatan dan membuang kelebihan tumpatan
•Melakukan instruksi untuk tidak makan selama satu jam
 DAFTAR PUSTAKA
1.G.J. Mount, W.R. Hume.Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby. 2005
2.Baum Phillips Lund.Buku Ajar Ilmu konservasi Gigi, ahli Bahasa, Resinta tarigan, Ed.
3, Jakarta:EGC,1997. 3.Pitt Ford, T. R, 1993, Restorasi Gigi, EGC, Jakarta

Artikel Lainnya:

MAKALAH UKBM KKN LEMPONGSARI

BAB I PENDAHULUAN
1.Latar Belakang Kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks yang merupakan kompilasi dari berbagai masalah. Menurut hendrik pengaruh terbesar adalah lingkungan dan sekarang mulai bergeser menjadi perilaku pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Peran penting pelayanan kesehatan dalam menentukan status kesehatan masyarakat harus di imbangi dengan ketersediaan fasilitas tersebut yang harus diupayakan oleh masyarakat. Ketersediaan fasilitas kesehatan pelayanan dipengaruhi oleh pelayanan informasi dan motivasi masyarakat. Dimasyarakat terdapat beberapa pelayanan kesehatan baik primer, sekunder maupun tersier. Upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) merupakan bentuk fasilitas pelayanan yang dikelola oleh masyarakat beberapa bentuk UKBM yang dikenal adalah posyandu, polindes. UKBM ini tidak terlepas dari peran masyarakat sebagai pelaksana dan penerima pelayanan kesehatan, sehingga perlu dilakukan kajian mengenai UKBM dimasyarakat. Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada termasuk yang ada dimasyarakat. Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) diantaranya adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (pondok bersalin desa). Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal dimasyarakat. Dinas kesehatan organisasi pemerintahan yang berada ditingkat kabupaten berperan penting dalam mengawasi dan mengevaluasi kinerja petugas kesehatan. Salah satu pelayanan dasar yang dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah melakukan kegiatan program posyandu lansia dan balita yang merupakan bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) dengan tujuan utamanya adalah mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi dan meningkatkan status gizi balita. Kegiatan pemantauan pertumbuhan diindonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1974 melalui penimbangan bulanan diposyandu. Dengan penimbangan bulanan ini diharapkan gangguan pertumbuhan setiap ank dapat diketahui lebih awal sehingga dapat ditanggulangi secara tepat dan tepat.
2.Tujuan terbentuknya UKBM
a.Meningkatkan jumlah dan mutu UKBM
b.Meningkatkan kemampuan pemimpin dalam merintis dan mengembangkan UKBM c.Meningkatnya kemampuan masyarakat dan organisasi masyarakat dalam penyelenggaraan UKBM d.Meningkatkan kemampuan masyarakat dan organisasi masyarakat dalam menggali, menghimpun dan mengelola pendanaan masyarakat untuk menumbuhkembangkan UKBM.
BAB II
ISI
A.UKBM yang terlaksana di RW 06 kelurahan lempongsari 1.Posyandu balita dan lansia Pengertian dari posyandu yaitu wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait (Depkes RI, 2006) Posyandu dilempongsari ada posyandu lansia dan posyandu balita tujuan dari posyandu balita ini adalah menurunkan angka kematian bayi angka kematian ibu dan meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB sera kegiatan lainnya. Kegiatan dari posyandu KIA, KB, Imunisasi, Gizi, Penanggulangan diare. Pelaksaan posyandu di RW 06 Kelurahan Lempongsari yaitu pada tanggal 20 juni 2019. Pelayanan masyrakat dilakukan dengan sistem 5 meja yaitu: a.Meja 1: pendaftaran b.Meja 2: penimbangan c.Meja 3: pengisian KMS d.Meja 4: penyuluhan perorangan berdasarkan KMS e.Meja 5: pelayanan kesehatan berupa: Imunisasi Pemberian vitamin A dosis tinggi Pengobatan ringan Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan: semua balita diwilayah kerja posyandu balita yang ditimbang balita yang berat badannya naik Manfaat posyandu untuk kesehatan ibu dan anak: Untuk ibu: pemeliharaan kesehatan ibu diposyandu pemeriksaan kehamilan dan nifas, pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin. Balita: penimbangan balita dilakukan tiap posyandu untuk pemantauan pertumbuhan dan mendeteksi sedini mungkin penyimpangan pertumbuhan balita. B.UKBM yang ada namun belum terlaksana di RW 06 Kelurahan lempongsari 1.Bank sampah organik dan anorganik Untuk bank sampah di RW 06 Kelurahan lempongsari ini sudah ada sejak dulu tetapi masyarakat belom terlaksana untuk memilah antara bank sampah organik dan an organik karena masyarakat sudah tahu kalau nanti pembuangan akhir di bak sampah bakal tercampur antara an organik dan organik. Maka dari itu masyarakat susah untuk menerapkan pemilahan bank sampah organik dan an organik tersebut. C.UKBM yang belum ada di RW 06 Kelurahan lempongsari 1.Polindes 2.POD 3.Dana sehat 4.Lembaga swadaya masyarakat 5.Upaya kesehatan tradisional
 BAB III PENUTUP
 A.Kesimpulan
 Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subjek sekaligus objek dari sistem kesehatan. Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) diantaranya adalah posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), desa siaga. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal dimasyarakat. Dalam dimensi kesehatan pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh masyarakat (dengan atau tanpa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi lingkungan . Kondisi ini ternyata mampu memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainnya seperti Polindes, POD, TOGA dll. Program pemberdayaan yang akan mempengaruhi kualitas hidup adalah pemberdayaan masyarakat miskin. Faktor ini akan mampu memutuskan ketinggalan rakyat baik dari segi pendidikan, ekonomi maupun kesehatan. Faktor lain yang akan menjamin penguatan daya tawar dan akses guna mendukung masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan input sumber daya yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi.
B.Saran Disarankan kepada RW 06 Kelurahan Lempongsari Kecamatan gajah mungkur dan kader atau tenaga pelaksanan pelayanan promotif atau preventif dibidang kesehatan dapat memanfaatkan ilmu yang diperoleh dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di masyarakat tersebut.
 DAFTAR PUSTAKA
1.Nita Arisanti, 2015, Gambaran pemanfaatan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, padjajaran.
2.Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006, pengertian posyandu, jakarta.
3.Kementerian Kesehatan RI, 2012,posyandu menjaga anak dan ibu tetap sehat,jakarta.
4.Depkes RI, 2006, Pedoman umum pengelolaan posyandu,jakarta.

Artikel Lainnya:


EPIDEMIOLOGI KARIES GIGI

 karies gigi
Karies gigi adalah penyakit jaringan yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi , dan dapat meluas kea rah pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapta timbul pada suatu permukaan gigi, misalnya : dari Email ke dentin atau ke pulpa. Gigi dengan fissure yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan, sehingga produksi asam oleh bakteri akan berlangsung dengan cepat danmenimbulakan karies gigi.

Berdasarkan penelitian di Negara-negara Eropa, Amerika, dan Asia, termasuk di Indonesia, didapatkan 80% - 955 anak-anak dibawah usia 18 tahun terserang karies gigi. Presentase karies gigi bertambah dengan meningkatnya peradaban manusia dan hanya kira-kira 5% penduduk yang tidak terserang karies gigi.

Ada banak factor yang terkait dengan kejadian karies gigi, antara lain : Faktor dalam yang terkait langsung denga proses terjadinya karies, antara lain, struktur gigi, morfologi gigi, susunan gigi di rahang, derajat keasaman saliva, kebersihan mulut, jumlah dan frekuensi makan makanan kariogenik. Factor-faktor tersebut berinteraksi berkaitan dan mempunyai urutan besar peranan tertentu. Selain itu ada beberapa factor luar sebagai factor predisposisi dan penghambat yang berhubungan tidak langsungdengan proses terjadinya karies antara lain :Usia, jenis kelamin, suku bangsa/ras, letak geografis, tingkat ekonomi, serta pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kebersihan dan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Masalah Karies Gigi
  • Prevalensi karies gigi mencapai 80%-90% dari jumllah penduduk di dunia termasuk Indonesia.
  • Karies gigi terkait erat dengan budaya dan peradaban manusia, sehingga sulit diintervensi dengan suatu program kesehatan.
  • Persepsi masyarakat, karies gigi bukan merupakan gangguan kesehatan, karena penderita karies gigi tidak akan meninggal.
  • Penemuan karies gigi sulung di klinik gigi, biasanya sudah dalam keadaan parah, sehingga anak menderita sakit gigi dengan segala macam akibatnya, termasuk gangguan dan pertumbuhan dan perkembangan.
  • Penyebab karies gigi adalah multifaktorial sehinggga sulit dilakukan pencegahan.

Faktor Risiko Karies Gigi.
Faktor risiko adalah suatu factor yang ada pada suatu individu dan atau factor diluar individu, yang keberadaanya secara sttistik berhubungan dengan terjadinya suatu penyakit dan atau peningkatan insidensi suatu penyakit.

Faktor risiko karies antara lain :
  • Keturunan.
Dari suatu penelitian yang melibatkan 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi baik, ternyata anak-anak dari pasangan orang tua tersebut sebaigan besar memiliki gigi baik. Sedangkan penelitian dengan melibatkan 46 pasang orang tua dengan presentase karies yang tingi, didapat hanya 1 pasang yang memiliki anak dengan gigi baik, 5 pasang dengan presentase karies sedang dan 40 pasang dengan presentase karies tinggi.
  • Ras.
Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi, sulit ditentukan. Namun paling tidak ada bukti yang mengatakan bahwa tulang rahang suatu ras, mungkin berhubungan dengan presentas karies. Ras dengan rahang yang sempit, cenderung memiliki presentase karies yang tinggi.
  • Jenis kelamin
Presentase karies gigi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Hal ini ditunjukkan dengan data sebagai berikut :

Tabel I
Presentase Kejadian Karies Gigi berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Karies
M1 Kanan
M1 Kiri
Laki-laki
74,5%
77,6%
Perempuan
81,5%
82,3%

  • Umur
Periode pubertas, antara umur 14 – 20 tahun, terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan gusi sehingga kebersihan mulut, menjadi kurang terjaga. Pada usia ini terjadi peningkatan presentase karies gigi.
  • Makanan
Makanan sangat berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut. Kaitannya dengan kesehatan gigi mulut, makanan dibagi menjadi 2 yaitu : isi dari makanan, dan makanan dilihat dari fungsi mekanis. Selain itu sebenarnya ada beberapa vitamin yang berpengaruh pada proses terjadinya karies gigi, misalnya Vitamin A, Vitamin B1,B2, Vitamin C dan Vitamin D.
  • Unsur-unsur kimia
Secara jelas, unsur kimia yang berpengaruh terhadap kejadian karies gigi adalah fluor. Selain itu unsur kimia lain yang dapat menghambat karies gigi adalah : Berilium, Aurum, Cuprum, Magnesium dan Zing, dan yang menunjang karies gigi adalah : cadmium, Platina dan Selenium.
  • Air ludah
Pengaruh ludah terhadap gigi sudah diketahui terutama dalam mempengaruhi kekerasan email. Seseorang dengan sekresi air ludah sedikit, cenderung memiliki presentase karies gigi yang lebih tinggi.
Di dalam setiam ml air ludah, dijumpai 10-200 juta bakteri. Jumlah maksimum bakteri-bakteri ini dijumapi antara lain : Staphylococus, Neiseria, Streptococus, Laktobacillus, Corinebakterium, Enterobacteri, Bacillius, Clostridium dan dan Candida, dll
  • Plak
Plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah, seperti mucin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leucocyt, lymfosit dengan sisa-sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula-mula berbentuk agar cair, yang lama kelamaan menjadi kelat dan dapat menjadi tempat pertumbuhan mikroorganisme.
  • Waktu
Waktu diperlukan dalam proses terjadinya karies gigi, karies gigi tidak terjadi sesaat, tetapi dengan suatu proses. Cepat lambatnya proses karies gigi ini, tergantung fakto-faktor yang berinteraksi.

Upaya pencegahan.
Pencegahan karies dilakukan guna memperpanjang kegunaan gigi, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesehatan secara umum. Upaya pencegahan karies gigi dibagi menjadi :
  • Pra Erupsi
Biasanya ditujukan kepada kesempurnaan struktur email dan dentin atau gigi pada umumnya. Pada ibu hamil, upaya mencegah agar tidak terjadi pengapuran pada gigi bayinya, dapat melakukan diet makanan yang banyak mengandung unsur-unsur yang dapat menguatkan email dan dentin.
  • Tindakan Pasca Erupsi
Pada dasarnya sama dengan stadium pra erupsi. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pasca erupsi, antara lain :
Ø  Kebersihan gigi dan mulut
Ø  Pemerikasaan berkala berkala 6 bulan sekali.
Ø  Diet makanan yang menguatkan gigi dan gusi
Ø  Plak control
Ø  Penggunaan anti bacterial
Ø  Penggunaan fluor.


Pengobatan Karies Gigi
Pengobatan karies gigi yang paling efektif adalah dengan mencegah jangan sampai terjadi karies. Sedangkan apabila sudah terjadi, penambalan gigi dan perawatan yang baik adalah tindakan yang paling baik.

Penutup
Dariuraian diatas, karies gigi merupakan masalah kesehatan, yang belum disadarai sepenuhnya oleh masyarakat luas. Hal ini terjadi karena adanya anggapan bahwa karies gigi bukan merupakan penyakit dan bukan merupakan gangguan kesehatan , karena tidak dapat menyebabkan penderitanya meninggal.

Untuk itu, upaya promotif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyaakit karies gigi sangat diperlukan ,sehingga diharapkan mampu mengubah perilaku yang dapat meningkatkan prevalensi karies gigi di masyarakat.

Referensi
  1. Shulman,M.D.,Phair,John,M.D,Sommers, Herbert,M.D.,dasar Biologis & Klinis Penyakit Infeksi, Edisi Keempat, Gadjah Mada University Press, Yogjakarta,1994.
  2. Suwelo,I.S.,Dr.drg., Karies Gigi pada Anak,EGC, Jakarta, 1992.
  3. Suryanegara,R.J.,Memperbaiki & Memperindah Posisi Gigi Anak,Trubus Aguwidya,2000.
  4. Prayitno,S.W.,Epidemiologi Penyakit Ginggiva & Periodontium,UI
  5.                         ,  Karies Gigi, Jili I, Depkes RI, Jakarta, 1984.
  6. Joyston, S.,dkk.,Dasar-Dasar Karies,EGC, Jakarta, 1987.

Artikel Lainnya:

HOBI AKUUU

Ada yang bilang, traveling itu hambur-hambur uang. Ada yang bilang, traveling itu cuma untuk pamer-pameran di media sosial. Ada yang b...