Peningkatan Akses terhadap Layanan Kesehatan dan gizi yang berkualitas bagi ibu dan anak.

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Peningkatan Akses terhadap Layanan Kesehatan dan gizi yang berkualitas bagi ibu dan anak.
Gambar terkait
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan juga harus dipandang sebagai sesuatu investasi dalam kaitannya untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Kemajuan ini dapat dilihat melalui angka kematian bayi yang menurun dari 46 (1997) menjadi 35 (2003). Umur harapan hidup telah meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi lebih dari 66,2 tahun (2003). Prevalensi gizi kurang pada anak balita, telah menurun dari 37,5% (1989) menjadi 25,8% (2002). Sejalan dengan meningkatnya kualitas dan cakupan layanan kesehatan bagi masyarakat, jumlah penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan terus ditingkatkan. Jumlah puskesmas pada tahun 2005 sebanyak 7.669 meningkat menjadi 8.114 puskesmas pada tahun 2007. Peningkatan jumlah puskesmas didukung pula dengan peningkatan jumlah puskesmas pembantu (pustu), puskesmas keliling (pusling), serta pusling air. Jumlah rumah sakit meningkat dari 1.268 buah RS pada tahun 2005 menjadi 1.319 buah RS pada tahun 2007. Dalam memberikan layanan kesehatan sampai ke tingkat bawah (grass root) dukungan peran aktif masyarakat dalam bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) terus dibangun. Sampai saat ini telah dibentuk 33.910 pos kesehatan desa (poskesdes), 269.202 buah posyandu, 600 buah Pos kesehatan pesantren (poskestren), serta 229 buah musala sehat. Untuk meningkatkan pengelolaan rumah sakit yang lebih efektif dan efisien telah ditetapkan 28 rumah sakit badan layanan umum (RS-BLU). Dalam meningkatkan kepuasan pasien/pelanggan dalam layanan kesehatan di rumah sakit serta untuk dapat memperoleh kepercayaan secara global, saat ini sedang dipersiapkan tiga rumah sakit kelas dunia (world class hospital), yaitu Rumah Sakit Cipto 28 - 10 Mangunkusumo (Jakarta), Rumah Sakit Sanglah (Denpasar, Bali), dan Rumah Sakit M. Jamil (Padang, Sumatera Barat). Untuk mewujudkan rumah sakit kelas dunia yang memenuhi persyaratan berstandar internasional, diperlukan upaya kongkret untuk meningkatkan kompetensi dan kapabilitas layanan dalam bidang manajemen operasional dan layanan medik. Rujukan konsep standar kriteria rumah sakit kelas dunia adalah rumusan yang ditetapkan oleh Joint Commission International (JCI) yang merupakan lembaga akreditasi internasional di Amerika Serikat. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat . perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu faktor penting untuk mendukug peningkatan status kesehatan. Beberpa perilaku masyarakat yang kurang sehat antara lain melalui kebiasaan merokok dan rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan gizi lebih pada balita. Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan telah berhasil meningkatkan status kesehatan masyarakat. Dalam tiga tahun terakhir ini keberhasilan tersebut dapat dilihat dari penurunan angka kematian bayi (AKB) sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002—2003 (SDKI) menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (olahan sementara SDKI 2007). Sementara itu, angka kematian ibu (AKI) masih sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002—2003), sedangkan angka sementara SDKI tahun 2007 sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebagai indikator proxy AKI meningkat sedikit dari 70,5% pada tahun 2005 28 - 9 menjadi 72,5% pada tahun 2007. Sejalan dengan penurunan angka kematian bayi, umur harapan hidup waktu lahir (UHH) terus meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007. Status gizi pada anak balita terus menurun. Walaupun demikian berdasarkan data Survei Garam Yodium (SGY) yang pelaksanaannya terintegrasi dengan susenas tahun 2005, status gizi itu masih berkisar 28%. Kasus gizi buruk yang dilaporkan dan ditangani dari tahun ke tahun terus menurun. Pada tahun 2005 jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan dan ditangani sejumlah 76.178 kasus dan dapat diturunkan menjadi 50.106 kasus pada tahun 2006. Pada tahun 2007 kasus gizi buruk terus menurun, ditemukan sebanyak 39.080 kasus gizi buruk dan sudah ditangani. Sampai bulan Mei 2008 telah dilaporkan 19.617 kasus gizi buruk pada balita yang ditemukan dan ditangani.

Reference :
Hamdani S, 2017, Peningkatan Akses Terhadap Layanan Kesehatan dan Gizi yang Berkualitas, Semarang.
Nantabah ZK, Auliyati Z, Laksono AD, 2018, Gambaran Akses Pelayanan Kesehatan pada Balita di Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Artikel Lainnya:

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :

HOBI AKUUU

Ada yang bilang, traveling itu hambur-hambur uang. Ada yang bilang, traveling itu cuma untuk pamer-pameran di media sosial. Ada yang b...